Kenapa Aku Diam Saat Masalah Menumpuk? Memahami "The Silence Paradox"
Terlalu berisik, sampai tak sanggup untuk berbicara.
Apakah kamu pernah mengalami ini?
Semua bisa mengalaminya.
Fenomena ini bisa terjadi oleh
siapapun, tanpa melihat gender apapun.
Otak kita terbatas dalam memproses informasi suara, ia juga memiliki bandwidth terbatas untuk memproses informasi emosional dan masalah hidup.
The Silence Paradox:
Semakin banyak masalah, semakin
kita bungkam.
Ini adalah ironi yang menyakitkan,
saat kita butuh dukungan, justru mekanisme pertahanan diri kita mengisolasi
diri.
Ketika seseorang bertanya “Ada
apa?” atau “Kamu kenapa?,” kita dihadapkan pada kebingungan, masalah mana yang
harus diceritakan dulu?
“Haruskah aku mulai dari masalah
keuangan?”
“Atau konflik pasangan?”
“Atau tekanan pekerjaan dan beban
yang menumpuk?
Tapi itu saling terkait satu sama lain. Hasilnya “Nggak apa-apa” atau “Biasa-biasa aja.”
Analoginya seperti komputer yang
hang, terlalu banyak program yang terbuka. Kebisingan adalah program yang
sangat berat, yang membuat program nggak bisa berjalan.
“Jenuh dengan masalah”
Setiap pikiran, hanya berputar
di sekitar masalah. Kebisingan ini menjadi begitu dominan sehingga mematikan kemampuan
untuk melihat jalan keluar atau sekedar bercerita tentang ini. Semuanya terasa
gelap dan tanpa celah.
Menurut Martin Seligman atas teorinya “Theory of Learned Helplessness,” jika seseorang terus menerus diterpa oleh situasi negatif, dianggapnya di luar kendali, mereka pada akhirnya akan belajar untuk pasrah dan tidak berusaha lagi. contoh korelasinya terhadap hubungan; jika pasanganmu mengatakan “Aku mau putus” terus menerus apalagi situasinya lagi nggak kondusif dan penuh tekanan, ini menciptakan manifestasi dari kepasrahan, yaitu diam. Dan ini adalah tanda bahwa pertahanan diri telah runtuh; karena segalanya telah diusahakan, dan pada akhirnya, ia telah belajar bahwa perlawanan itu nggak akan membuahkan hasil apa-apa.
-
Mulai
dari hal kecil: tuangkan semua yang ada di kepala, tulis di jurnal atau notes mulai dari hal kecil, contoh: “Aku stres banget."
-
Cari
pendengar yang menenangkan, tanpa langsung memberi solusi.
Kadang, yang paling dibutuhkan
bukanlah desakan untuk bercerita, melainkan kehadiran yang tenang dan memberi
ruang untuk diam.
bener, semuanya terlalu berisik di kepala sampe ngehang, blum lg berhadapan sm orang yang ga paham sm kita, tambah cape:(
BalasHapus